Muncul 5 Pendekar Dalam Survey Anggota DPRD Lampung. Heboh, Ada Cah Angon Di Posisi Nomor 2

Utamanews.id – Tercatat sudah delapan bulan Anggota DPRD Provinsi Lampung periode 2019-2024 menduduki posisinya sebagai wakil rakyat sejak dilantik pada 2 September 2019 yang lalu.

Dalam mengukur sikap para wakil rakyat tersebut dalam menyuarakan kepentingan masyarakat Lampung, tim “White Politic Syndicate” (WPS) melakukan survey kepada 100 responden.

“Kita melakukan survey pandangan masyarakat terhadap wakil rakyat di Lampung. Selama ini banyak anggota parpol yang koar-koar membela rakyat hanya waktu pemilihan, setelah jadi (terpilih) koar-koarnya hilang.” Kritisi Tamil Selvan Direktur Eksekutif WPS, kepada awak media (4/6/2020).

Hasil survey popularitas memunculkan 5 nama Anggota DPRD yang dianggap paling dominan dalam membela kepentingan masyarakat. Mereka adalah ;

  1. Deni Ribowo, Anggota Fraksi Demokrat
  2. I Made Suarjaya, Anggota Fraksi Gerindra
  3. Azuwansyah S.Ag, Anggota Fraksi PKB
  4. Antoni Imam, Anggota Fraksi PKS
  5. Apriliati, Anggota Fraksi PDIP

“Kelima anggota DPRD ini kami sebut sebagai Para Pendekar Lampung, mereka dianggap masyarakat berani menyuarakan kepentingan masyarakat lampung, walau terkadang berseberangan dengan pemerintah.” Papar pengamat politik nasional ini.

Kang Tamil sapaan akrabnya, mengatakan ada beberapa kriteria yang menjadi alasan terpilihnya ke lima pendekar tersebut setelah di rangkum dari hasil survey.

“Ada beberapa kriteria yang kami rangkum, Pertama mereka dinilai masyarakat bersuara bukan untuk pencitraan. Kedua ketenaran mereka di media bukan disebabkan karena bagi-bagi sumbangan, namun bersuara atas keresahan rakyat. Dan Ketiga, Keaktifan mereka tidak dinilai situasional. Karena ada beberapa anggota DPRD yang lebih populer namun karena kepentingan mereka mencalonkan diri di pilkada serentak 2020.” Jelas Kang Tamil.

Lebih lanjut, Kang Tamil mengatakan bahwa sangat sedikit pejabat legislatif yang masih memegang naluri aktivisnya untuk membela rakyat. Hal tersebut dikatakannya karena banyak faktor, salah satunya karena adanya hutang budi kepada eksekutif dan kekangan partai politik.

“Banyak aktivis yang jadi bisu setelah duduk di kursi anggota dewan. Biasanya karena faktor hutang budi kepada eksekutif, bisa perihal proyek, bisa juga nepotisme titipan jabatan. Belum lagi kekangan partai. Maka saya setuju jika ke lima orang ini disebut pendekar, pendekar kan sosok yang patut ditiru.” Tutupnya.

Survey ini dilakukan dengan metode penelitian Focus Group Discussion, responden 100 orang, dilakukan pada 1-3 Mei 2020, dengan margin error 2%. (rd).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *