Utamanews.id – VP Komunikasi Fajriyah Usman menjelaskan dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian Pertamina (tidak diaudit) per 30 Juni 2020, terlihat perusahaan merugi US 767,92 juta atau sekitar Rp 11,13 triliun. Disisi lain, Pertamina mencatat laba operasi Juni 2020 sebesar US$ 443 juta dan EBITDA sebesar US$ 2,61 miliar.
Menyikapi hal ini pengamat politik nasional Tamil Selvan mengatakan bahwa untung-rugi dalam suatu perusahaan adalah hal yang wajar. Yang menjadi tidak wajar adalah ketika Ahok mencitrakan dirinya sebagai sosok penentu tunggal di pertamina.
“Saya lihat pertamina ini hanya jadi alat politik pencitraan Ahok. Asumsi yang terbentuk saat ini, seolah kalau pertamina sukses itu adalah kinerja Ahok. Namun kalau gagal, berarti direksinya ngak bisa kerja. Ngak boleh begitu.” Jelas Kang Tamil kepada awak media, Rabu (26/8/2020).
Kang Tamil mengatakan bahwa manajemen perusahaan tersebut adalah kolektif kolegial diantara para direksi, dan direktur utama sebagai pengambil keputusan sekaligus penanggung jawab. Tugas komisaris utama dalam hal ini Ahok adalah sebagai pengawas dan pemberi nasehat.
“Kalau kita lihat sejak awal, Ahok ini melebihi kewenangannya. Dia bertindak melebihi dirut. Semua perubahan di pertamina seolah diklaim kinerjanya tunggal, bahkan kita ngak pernah dengar suara dirut pertamina di media. Ini preseden buruk dimata masyarakat.” Imbuh pemilik akun youtube KangTamil ini.
Kang Tamil mengatakan bahwa Pertamina perlu menjelaskan secara rinci tentang kerugian yang terjadi, sebab Pertamina bisa dikatakan tidak memiliki pesaing usaha, dan disaat harga minyak dunia turun, Pertamina juga tidak menurunkan harganya.
“Saat ini timbul spekulasi liar dimasyarakat, apalagi terkait peryataan Ahok sebelumnya bahwa ‘merem saja Pertamina pasti untung’, nah ini sekarang gimana? Saingan ngak ada, harga ngak turun, lantas apa? Coba tanyakan ke Ahok.” Tutup pengamat ini. (rls/rd).