Harga Anjlok, Petani Rampai Menjerit

Utamanews.id- Anjloknya harga rapai di pasaran mempus asa petani rampai, salah satunya Mud Mainah. Dengan topi caping yang menutupinya dari sinar matahari, Mud Mainah yang menginjak usia tujuh puluh sembilan tahun itu harus ikhlas dan rela merugi lantaran hasil panennya tidak dapat dipasarkan dan sampi busuk di kebun terbuang sia-sia.

Ia menggarap lahan berukuran 1.200 meter persegi, tanaman buah rampai untuk bumbu khas sambal Lampung itu sudah melewati batas masa panen. Buah yang sudah merah tua nampak pohon yang semakin layu.

“Saya bagikan saja ke warga siapapun yang ingin mengambil karena harga rampai anjlok seribu tak sampai,” ujarnya sambil memetik buah rampai di lahan yang ia garap di Kedaung, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung, Minggu, 4 Oktober 2020.

Perempuan yang sejak lama ditinggalkan suaminya tersebut biasanya dalam sekali panen mencapai satu ton dengan harga mencapai Rp3 ribu per kilo atau Rp3 juta sekali panen.

Kini dia hanya bisa merintih karena harga rampai yang anjlok. Sementara pengepul hanya ingin mengambil sedikit barang, itu pun yang belum tua atau matang. Ibu yang juga kesehariannya sebagai tukang urut keliling itu hanya bisa mengandalkan belas kasihan warga setempat.

“Siapapun yang ingin mengambil (rampai) dan seikhlasnya memberi uang berapapun. Saya berfikir harga buah rampai akan bertahan, ternyata harga semakin anjlok dan terbuang sia-sia,” ujarnya sambil memperlihatkan wajah yang penuh keikhlasan.

“Saya berharap pemerintah bisa memberi solusi kepada petani rampai saat ini yang sedang kesusahan harga rampai terjun bebas,” ujar dia.(rd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *