Isu Kudeta Demokrat, Komunikolog Politik : Karena Bukan Kader, AHY Patut Waspada

Utamanews.idPartai Demokrat terang-terangan menyebut nama Jenderal TNI (Purn) Moeldoko sebagai satu diantara sosok yang ingin mengambil alih kepengurusan partai mereka.

Bahkan Moeldoko memberikan pernyataan bahwa masalah tersebut merupakan urusan pribadinya, dan tidak terkait dengan Jokowi.

“Pokoknya yang pertama, jangan dikit-dikit Istana, dalam hal ini, saya mengingatkan, sekali lagi jangan dikit-dikit Istana, dan jangan ganggu Pak Jokowi dalam hal ini. Karena beliau dalam hal ini tidak tahu sama sekali, nggak tahu apa-apa dalam hal ini, dalam isu ini, gitu ya. Jadi itu urusan saya, Moeldoko ini bukan selaku KSP, ini urusan Moeldoko,” ujarnya

Menanggapi hal tersebut Komunikolog Politik sekaligus Ketua Forum Politik Indonesia Tamil Selvan mengatakan bahwa instrumen utama dalam upaya pengkudetaan sebuah organisasi adalah faktor internal, menurutnya faktor eksternal hanya sebagai sisi pemberi dukungan.

“Kalau kita bicara kudeta organisasi, maka instrumen utamanya adalah internal. Dalam hal ini tentu para kader Demokrat yang merasa tidak senang dengan keterpilihan AHY sebagai Ketua Umum. Kalau pihak luar hanya sebagai pendukung saja, tidak punya kekuatan sebagai pemain,” ungkap pengamat yang akrab disapa Kang Tamil ini kepada awak media, Selasa (2/2).

Kang Tamil mengatakan bahwa jikapun ada upaya kudeta dalam sebuah partai, maka mekanismenya tentu melalui aspirasi para Ketua Pimpinan Wilayah yang disalurkan dalam Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.

“Pada puncaknya pemain sah adalah pimpinan wilayah, jika 50% plus 1 Ketua DPD dan DPC menghendaki, maka bisa digelar munaslub. Nah, biasa yang nakal adalah pihak yang merajut suara Ketua DPD dan DPC ini, permainan uang dan tekanan pihak penguasa akan bermain disini. Jadi wajar jika para elit Demokrat menjadi was-was ketika mendengar ada nama Moeldoko disebut,” jelasnya.

Lebih lanjut Kang Tamil mengatakan bahwa Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) harus intropeksi diri dan melakukan pembinaan mendasar kepada seluruh kader, terlebih karena dirinya dinilai bukanlah kader tulen Demokrat.

“AHY ini kan bukan kader Demokrat, dia jadi Ketum karena dirinya anak SBY, tentu tidak semua pihak bisa menerima ini, buktinya beberapa elit DPP mundur sejak dia memimpin. Saya kira AHY harus memberi perhatian lebih kepada kader internalnya agar menghindari intrik-intrik begini. Bagi saya ini sinyal bahwa AHY belum diterima semua lapisan di Demokrat,” tutupnya. (rd).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *