Catatan Kecil Menyambut Tahun Saka 1942

OLEH : ARIS BIANTORO, S.Pd.H.

Setiap pagi sang surya mengawali diri terbit di timur. Melintas dengan kecepatan yang tetap ke barat dan senja hari ia tenggelam ke dalam samudera di barat. Demikian yang tampak bagi kita, sekalipun sains mengatakan bumilah yang mengitari matahari. Dengan jadwal perjalanan matahari yang tetap, kita pun dapat mengatur jadwal kita. Kapan kita bangun tidur, kapan kita berangkat kerja/sekolah, kapan kita makan, sampai kapan kita akan istiharat/tidur. Si pembuat kalender pun dapat menetapkan kapan hari libur, menetapkan hari dan tanggal bagi suatu hari raya.

Apa yang terjadi bila perjalan matahari berubah-ubah setiap saat? Misalnya suatu hari ia terbit dari timur. Lain kali terbit dari barat. Kadang-kadang sampai di tengah ia berbalik lagi ke timur atau belok ke selatan. Maka akan terjadi kekacauan yang luar biasa di bumi ini. Demikian pula dengan sifat benda-benda. Misalnya, beras kalau dimasak ia akan menjadi nasi, dan kalau dimakan sarinya akan diserap oleh tubuh, sedangkan sisanya akan dibuang melalui organ pembuangan. Karena sifatnya tetap seperti itu, kita tidak ragu-ragu untuk menyimpan beras sebagai persediaan dan tidak ragu makan nasi. Andai kata sifat beras dapat berubah-ubah misal dimasak jadi keras, jadi racun atau hal-hal yang tidak dapat diprediksi sebelumya, tentu kita akan ragu untuk menyimpan beras. Bila demikian kita jadi tidak tahu pasti yang akan kita makan. Kehidupan jadi mungkin di dunia ini jadi mungkin karena adanya keteraturan, adanya hukum-hukum alam yang bersifat tetap. Jika demikian tentunya ada yang membuat keteraturan dan hukum alam tersebut. Siapa? Tuhan.

Akhir-akhir ini manusia di bumi sedikit mengalami kekacauan, kekacauan pikiran, hati, jiwa, bahkan mengarah pada kekacauan keyakinan dan kepercayaan terhadap keteraturan serta hukum-hukum Tuhan. Pertama diawali dari munculnya satu wabah penyakit yang menyerang manusia di suatu wilayah yang disebabkan oleh virus yang terindikasi virus menular dan mematikan sebut namanya Covid-19.

Kekacauan pertama, saat wabah virus ini diumumkan dan dinyatakan sangat berbahaya mulai terjadi bentuk kekacauan pikiran. Seluruh wilayah di bumi dan manusia mulai berpikir takut tertular dan terpapar virus tersebut sehingga menyebabkan dirinya mengalami kematian. Hari ini saat saya membuat tulisan ini, kekacauan tersebut semakin meluas bahkan sampai meningkat menjadi kekacauan hati dan jiwa. Manusia diseluruh belahan bumi menjadi gundah hati bahasa kerennya sekarang jadi galau. Jiwanya merasa terancam, karena takut tertular dan terpapar visur mematikan tersebut.

Bahkan beberapa negara melalui kepala negaranya telah mengumumkan lockdown (mengunci) wilayahnya agar tidak ada orang yang keluar atau masuk ke wilayah tersebut. Waw….!!! sudah terjadi kekacauan besarkah sehingga harus ada kebijakan seperti itu dari pemimpin. Jawabnya ya….! negara-negara yang mengambil kebijakan tersebut adalah wilayah yang merasa sudah sulit mengatasi dan melawan penyebaran wabah virus tersebut.
Sekarang kita mencoba menganalisa dari sudut kekacauan keyakinan dan kepercayaan terhadap keteraturan alam dan hukum-hukum alam yang telah ditentukan oleh sang pencipta. Pertama kita coba dari sudut pandang bahwa manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling cerdas dari seluruh ciptaan yang ada di bumi, karena memiliki bayu, sabda, dan idep. Setiap manusia memiliki potensi yang sangat besar baik dalam bidang kecerdasa intelektual (IQ), kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan spiritual (SQ), dan kecerdasan lainya.

Kita bedah satu persatu secara singkat saja. Kecerdasan intelektual (IQ), terjadinya wabah virus covid-19 menyebabkan para pemimpin di dunia mengambil langkah untuk mengantisipasi dan mencegah penyebaran virus di wilayahnya. Para ahli mecoba mencari dan meneliti guna menciptakan anti virus yang bahkan sampai saat ini belum ditemukan anti virusnya. Bisa diartikan sementara waktu kecerdasan intelektual sedang mengalami kekacauan, karena belum mampu mengembalikan keteratutran yang ada di alam manusia, karena si virus.

Kedua kecerdasan emosional (EQ), secara emosional manusia yang tinggal di berbagai negara yang terjangkit virus mulai labil, ketakutan, bahkan mulai pesimis akan kelangsungan hidupnya. Secara psikologis terjadi kekacauan emosional, dan belum teratasi sampai saat ini.

Ketiga kecerdasa spiritual, ini yang menurut saya perlu kita jabarkan lebih luas. Jika menitik beratkan pada dasar kecerdasan spiritual erat kaitanya dengan kepercayaan dan keyakinan akan ke-Tuhan-an, dan tentunya akan masuk ke ranah agama. Agama sebagai organisasi yang mewadahi manusia di bumi meyakini hakikat Tuhan nya. Sesuai kodratnya manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan demikian pula makhluk hidup lain yang ada di alam ini termasuk si virus tadi. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan sama seperti mahkluk hidup yang lain tentunya keterikatan akan keteraturan hukum-hukum Tuhan juga tidak dapat terpisah darinya demikian juga mahkluk hidup yang lain. Manusia juga mahkluk alam, dimana manusia sepanjang hidupnya akan tergantung terus-menerus dengan kekuatan alam, ruang (bhuta) dan waktu (kala) yang berupa udara, angin, air, matahari, tumbuhan, binatang, makhluk hidup yang lain yang tampak maupun yang tidak tampak. Tanpa semuanya manusia akan mati. Kelebihan manusia yang memiliki pikiran adalah untuk dapat bijak dalam menjaga keselarasan dirinya, alam, dan mahkluk hidup yagg lain tersebut.

Sekarang kita akan masuk ke bentuk keteraturan yang dibuat oleh Tuhan untuk keselarasan alam, manusia, dan makhluk lain ciptaannya dari sudut pandang Hindu. Singkatnya kita coba dari beberapa contoh keteraturan dan keterikatan alam dan manusia, agar tetap harmonis kita kaitkan dengan wabah virus covid-19 yang mengacaukan dunia. Dahulu cerita dari para luhur dalam wiracarita Hindu yang bersumber dari Itihasa maupun purana, babat, rontal, cerita rakyat kuno. Banyak menceritakan kisah kekacauan akan keteraturan dan hukum yang diciptakan Tuhan karena sebab alam, juga sebab manusia. Misal: dari sebab manusia, ada perang mahabesar Mahabharata hanya untuk mengakhiri kekacauan keteraturan dan Hukum Tuhan yang banyak dilanggar manusia pada jaman itu. Manusia juga banyak yang mati pada jaman itu. Ada juga kisah tentang pagebluk (wabah Penyakit) kisahnya pada jaman raja Sri jaya kasunu, rakyatnya pagi sakit sorenya mati karena wabah penyakit. Beliau kemudian bertapa memohon petunjuk dewi durga, dan memperoleh anugrah, untuk menyudahi kekacauan karena pagebluk manusia harus melaksanakan brata sampai akhirnya dirayakan sebagai hari galungan (hari kemenaangan). Bratanya upawasa dari sugihan jawa (kamis) sampai hari penyajaan (senin) diakhiri dengan penampahan (memotong) binatang untuk persembahan dan menyupat sang kala tiga menjadi dewa. Puncaknya rabu kliwon dungulan (hari suci galungan) manusiapun menang dan pagebluk bisa diakhiri. Disadari ataupun tidak tampak proses yang dilaksanakan umat Hindu itu sangat berpengaruh terhadap keselarasan alam dan manusia.

Ada juga petuah jawa kuno, jika bertemu tilem sasih kanem berarti awal alam akan melakukan harmonisasi, gunung, laut, manusia, dan seluruh isi alam akan mengalami perubahan pola agar terjadi keselarasan di masa depan. Biasanya umat Hindu melaksanakan upacara Nahkluk merana (tolak bala), Hangayutaken memalaning bhumi dan sudah dilaksanakan. Ingat virus covid-19 dimulai dari kota Wuhan (china) sejak berakhir sasih kanem masuk ke sasih kepitu, di bulan Januari umat Hindu di Nusantara lagi-lagi bertemu dengan pelaksanaan upacara Siva Ratri puja, Purwaning sasih kepitu. Bratanya upawasa (tidak makan), mona (tidak bicara)/semedhi, Jagra (tidak tidur) atau dikenal dengan malam peleburan dosa dan sudah dilaksanakan. Sasih kewolu umat Hindu bertemu lagi dengan rangkaian Hari suci Galungan dan kuningan dan sudah dilaksanakan juga. Puncaknya masuk ke sasih kesanga, menyambut tahun baru saka umat Hindu di nusantara melaksanakan rangkaian upacara yang diawali dengan Melasti ( mala dan hasti) yang memiliki makna hanganyutaken memalaning bumi, ngamet sarining amerta ring telenging segara. Menghanyutkan mala (kekotoran/penyakit/pagebluk dll yang sebesar gajah (hasti) ke samudera dengan sarana pekelem dengan isi hasil bhumi pala kesimpar, pala gumantung, pala kependem, bebek, ayam dan kalau lebih besar bisa yang berkaki empat, seperti kambing dan mengambil tirta amerta (air kehidupan) untuk membersihkan alam sekitar dan munusia agar selamat). Dilanjutkan dengan yan patemuning tilem sasih kesanga wenang ta sira hangaturaken rah ing sata mwang dungulaning guluning waraha ring catus pataning desa. Melaksanakan upacara tawur kesanga di perempatan agung yang ada di masing-masing desa. Kalau jaman dulu tawur agung kesangan carunya memakai kerbau baru dikatakan tawur agung kesanga. Tetapai kalau masih sebatas menggunakan manca sata carunya berarti hanya tawur kesanga sebutannya dilaksanakan di perempatan agung (desa). Tujuannya untuk menyelasraskan sang kala kali, dengan pelaksanaan tawur kesanga umat mohon kepada sang Bhatari Kalika agar turun ring marcapada dengan tapakan caru untuk mengusir atau menyelaraskan kala-kala yang banyak mengganggu dan mengacaukan alam dan manusia. Setelah itu masuk ke catur brata penyepian. Ini rangkaian upacara yang sangat luar biasa besar manfaatnya untuk keselarasan alam, jangan ditanya apa manfaatnya upacara besar ini, faktanya tahun saka ini alam dan manusia dibebani dengan kekacauan sebab wabah virus covid-19. Harus diselaraskan.

Masuk ke puncak Nyepi Melaksanakan amati geni (tidak menyalakan api) artinya api keinginan/nafsu yang belebihan seperti nafsu makan/minum harus dikendalikan, amati karya (tidak bekerja) baiknya melaksanakan tapa/meditasi/berjapa/berdoa mohon kelelamatan dan keselarasan diri. Amati lelungan (tidak bepergian) berada di rumah atau di tempat suci untuk melakukan perenungan diri penebusan kesalahan dengan brata agar mendapar keselaran Hidup dan keselamatan diri dan keluarga). Kemudian amati lelaguan (tidak menikmati hiburan) otomatis jika kita melaksanakan brata berarti meninggalkan segala bentuk hiburan dan keramaian. Maka disebut Nyepi/sepi. Dengan penuh keyakinan akan bentuk penyelarasan alam dan isinya ini merupakan cara dari sang pencipta agar manusia dan mahkluk lain senantiasa selaras dengan alam sebagai tempat dan sumber hidupnya. Adanya kekacauan akan ulah manusia, atau sebab alampun dapat kembali diselaraskan denga aturan-aturan dan hukum Tuhan ini guna tercipta keteraturan.

Pertanyaannya jika kejadian luar biasa yang mengacaukan dunia karena wabah covid -19 ini adakah kaitannya? Ada kaitannya dengan aktivitas ritual umat Hindu di Nusantara, kenapa baru muncul pada sasih kanem dan puncaknya di Indonesia terjadi menjelang tilem sasih kesanga. Jawabanya iya sangat berkaitan, dengan adanya proses penyelarasan alam dan manusia, manusia dibuat kacau dengan maklhuk ciptaan Tuhan lain yang tidak tampak wujudnya yang disebut virus covid-19 ini, tujuannya apa agar rangakain upacara dari sasih kanem sampai sasih kesanga ini benar-benar dilaksanakan dengan baik dan tidak hanya dilaksanakan oleh umat Hindu saja tetapi seluruh umat manusia diseluruh belahan dunia. Sekarang sudah dimulai, dengan kebijakan lockdown seluruh negara di dunia mulai melaksanakan catur brata. Kalau penyelarasan alam dengan gunung meletus, gempa bumi, tsunami mungkin hanya diwilayah itu saja yang diminta untuk menyelaraskan diri, namun pada Kala (waktu) ini diminta untuk brata seluruh umat manusia yang ada di bumi dengan wabah virus covid-19 yang tidak tampak wujudnya ini. Apakah ini pralaya? Ya pralaya agar manusia mulat sarira, kalau pralayanya bencana alam maka hancur bumi ini, namun ini pralayanya dengan wabah virus, manusia akan tetap Hidup karena alam tidak rusak, hanya diminta untuk brata dan mulat sarira. Tidak perduli agamanya apa, sebutan tuhanya siapa, beribadahnya dimana, yang ada hanya ingat akan hakikat sang diri dan sang pencipta.

Harapanya semua umat manusia lebih eling lan waspada, ingat akan hakikat Hidup, menyerahkan diri kepada sang pencipta dengan penuh keyakinan. Jika dahulu sang Raja sebagai guru wisesa melaksanakan samadhi meminta petukjuk dewa karena terjadi pagebluk atau bencana di wilayahnya, kemudian dari hasil tapanya memperoleh petunjuk agar warganya melaksanakan upacara dan brata. Kali ini para pemimpin negara di dunia juga membuat kebijakan agar warganya menahan diri untuk tidak bepergian, bekerja di rumah, tidak menikmati hiburan, dan pastinya banyak beribadah dan berdoa. Bukan membatasi orang untuk tidak beribadah, atau tidak melakukan ritual sesuai agama dan keyakinannya. Pemerintah sudah menerapkan aturan untuk tidak bepergian selama 14 (empat belas) hari kedepan. Artinya pemerintah hari ini sudah mengisyaratkan kepada warganya untuk melaksanakan catur brata. Tidak hanya umat Hindu saja, seluruh umat manusia di dunia dan di Indonesia mari patuhi dan laksanakan kebijakan dari sang guru wisesa. Selamat melaksanakan rangkaian hari suci nyepi tahun 1942 saka.

Om ma no mahantam uta ma no arbhakam
Ma na uksantam uta ma na uksitam
Ma no vadhih vitaram mota mataram
Ma an priyas tanvo Rudra ri risah

Artinya:
Ya Tuhan Sang Hyang Rudra! Jangan diturunkan penyakit yang berat atau yang ringan kepada kami, juga jangan diturunkan kepada anak kami yang sedang tumbuh, juga kami sekalian. Janganlah engkau membunuh seorangpun diantara kami, ibu kami dan kami sendiri. Oh Hyang Rudra jangan engkau turunkan kepada kami penyakit itu.
(Rg Veda I.114.7).

SANG SURYA MASIH TERBIT DARI TIMUR DAN TERBENAM DI BARAT
SARWA JAGAD SELARAS SARWA MAHKLUK BAHAGIA
RAHAYU SAGUNG DUMADI
OM SANTIH SANTIH SANTIH OM

Penulis: Aris Biantoro, S.Pd.H.
(Sekretaris DPP PERADAH Provinsi Lampung)

Sumber bacaan:

Putu Putra, Ngakan: Tuhan Upanisad, Menyelamatkan Masa Depan Manusia.2011.Media Hindu. Jakarta.

Suastawa, Suasti: Psikologi Agama Seimbangkan Pikiran, Jiwa dan Raga.2008.Widya Dharma. Denpasar.

Titib, I Made: Weda Walaka.1986.PT.Dharma Nusantara Bahagia.Jakarta.

Pandit, Bansi: The Hindu mind (Pemikiran hindu) Pokok-pokok pikiran hindu dan Filsafatnya. 2005. Paramita. Surabaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *